Robot Pintar Berhasil Menyelesaikan Lukisan yang Terbengkalai Selama 100 Tahun
BERITA RANDOM – Sebuah robot berbasis kecerdasan buatan (AI) mengejutkan dunia seni dengan menyelesaikan sebuah lukisan terkenal yang terbengkalai selama lebih dari satu abad. Lukisan berjudul “The Eternal Blossom” karya pelukis abad ke-19, Emil Johannsen, akhirnya dapat dipamerkan secara utuh di Museum Seni Modern, Oslo, Norwegia.
Lukisan yang Penuh Misteri
“The Eternal Blossom” dianggap sebagai salah satu karya yang paling misterius dalam sejarah seni. Emil Johannsen meninggal dunia pada tahun 1904 sebelum menyelesaikan lukisan tersebut. Ia meninggalkan kanvas besar yang hanya separuhnya berisi gambar bunga dan lanskap pegunungan yang memukau. Sisanya hanya berupa sketsa kasar.
Sejak saat itu, berbagai upaya dilakukan oleh para ahli seni untuk melengkapi lukisan tersebut. Namun, tanpa petunjuk konkret dari Johannsen, hasilnya selalu dianggap tidak sesuai dengan gaya aslinya.
Peran Robot dalam Dunia Seni
Tim peneliti dari Universitas Teknologi Norwegia menciptakan robot bernama “ArtMind” yang dilatih menggunakan ribuan karya Johannsen. Dengan algoritma yang menganalisis goresan kuas, palet warna, dan detail artistik khas sang pelukis, ArtMind mampu memprediksi bagaimana Johannsen akan menyelesaikan lukisan tersebut.
“Butuh waktu lebih dari dua tahun untuk melatih AI ini agar dapat memahami esensi dari setiap karya Johannsen. Hasil akhirnya sangat mengejutkan kami,” ujar Dr. Ingrid Olsen, ketua tim peneliti.
Respons Dunia Seni
Saat lukisan selesai dipamerkan, para pengunjung takjub melihat hasil akhirnya yang tampak begitu autentik. Beberapa kritikus seni bahkan menyebut karya ini sebagai “keajaiban modern”. Namun, ada juga yang skeptis, mempertanyakan apakah sebuah karya seni yang dilengkapi oleh AI masih bisa dianggap sebagai karya “asli”.
“Ini adalah kolaborasi antara manusia dan teknologi, dan kita harus melihatnya sebagai bentuk seni baru,” ujar Johan Persson, kurator museum tersebut.
Langkah Selanjutnya
Proyek ini membuka peluang baru dalam dunia seni. Banyak museum mulai tertarik menggunakan teknologi serupa untuk memulihkan atau melengkapi karya seni lain yang hilang atau rusak. Namun, perdebatan mengenai batasan antara kreativitas manusia dan kecerdasan buatan kemungkinan akan terus berlanjut.
Apakah ini langkah maju yang revolusioner, ataukah ancaman bagi keaslian seni? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, “The Eternal Blossom” kini telah bangkit kembali sebagai bukti perpaduan genius manusia dan mesin.